Minggu, 25 Oktober 2020

Tante Sombong Yang Berhasil Ku Taklukan

Udara pagi ini terasa sejuk sekali, seakan menyambut baik datangnya hari Minggu ini, Secerah wajah tante Rafena yg tengah bercengkrama dengan bunga bunga ditaman. Meskipun nampak angkuh, namun kecantikan wajahnya tak dapat disembunyikan..Aku baru saja selesai mandi dan berniat ngeteh diteras rumah sambil mnghirup udara pagi yg segar. Akan tetapi mataku melihat tante Rafena tengah asyik menikmati keindahan bunga ditaman depan rumah. Dengan gaya ala petani bunga Cibodas, tante Rafena nampak srius mmperhatikan tanaman itu. 

” Pagi tan ” sapaku. 

” Hmm… ” balasnya tanpa berpaling dari rumpunan bunga. 

” Mau aku buatin minum nda tan!? ” tanyaku lagi setengah menawarkan jasa. 

” Nda usah!! ” jawabnya juga seraya membelakangiku. Aku tak melihat tante Rita, Hendri ataupun Jenny pagi ini. 

” Ach, pada lari pagi kali? ” fikirku dalam hati.

Aku kembali memperhatikan tante Rafena yg mmbelakangiku. Mulai dari betisnya yg putih mulus meskipun nampak kurus, pahanya yg lebih mulus dari betisnya, bokongnya meskipun terbalut celana pendek, namun trlihat jelas lekukannya. JAGUARQQ

” Coba dia bisa aku tiduri seperti tante Rita ya? ” gumanku dalam hati. 

Belum habis lamunanku,tiba tiba kulihat tubuh tante Rafena terhuyung lemah ingin tersungkur. Dengan cepat aku meloncat dan memegangi tubuhnya yg nyaris tersungkur itu, meninggalkan sisa lamunan cabulku. Kurangkul tubuhnya yg mulus dan terlihat lemas sekali. 

“Ga papa kan tan??” tanyaku penuh rasa khawatir, seraya memapah tubuh tante Rafena. 

“Kepalaku terasa pusing Fad” jawab tante Rafena lemah. 

“Ya udah, istirahat aja didalam” saranku sambil terus memapahnya ke dalam rumah. 

“Akhirnya aku bisa merangkulmu tann” ucapku dalam hati. Ada sejuta kebahagian dihatiku karna mampu merangkul tubuh si angkuh trsebut.Setelah berada didalam rumah, dengan perlahan kududukan tante Rafena di sofa ruang tamu. Dengan menarik nafas tante Rafena duduk dan bersandar pada sandaran sofa. Setelah itu aku melangkah meninggalkannya sendiri. Tak berapa lama aku kembali dengan segelas air hangat dan menghampiri tante Rafena yg tengah bersandar di sandaran sofa. 

“Minum dulu tan, biar enakan!” ujarku sambil menyerahkan gelas berisi air hangat yg kubawa. Tante Rafena pun meminum air hngt yg kuberikan.

“Makasih ya Fad” ucapnya lemah sambil meletakan gelas dimeja yg ada didepannya.

“Kepalanya masih pusing ga tan!?” tanyaku. Tante Rafena hanya mnganggukan kepalanya. 

“Mau dipijatin ga!?” tanyaku lagi. 

“E, em” jawab tante Rafena perlahan seakan tengah menahan sakit. Aku pun sgera memijat mulai dari kepalanya dengn perlahan lahan, kemudian dahinya yg dia bilang merupakan pusat rasa sakitnya. 

“Wah, knapa tante Fad!?” tanya Jenny yg baru saja pulang. 

“Tadi si tante hampir jatuh, kepalanya pusing Jen!” jawabku.

”Trlalu capek kali!? ” ujar Jenny sambil melangkah kedapur. 

“Dah aga mndingan Fad” jelas tante Rafena dengan mata terpejam, menikmati pijatan pijatan jariku. Terasa hangat dahinya bersamaan dengan rasa hangat yg menjalari tubuhku. Harum aroma tubuh tante Rafena terasa menusuk kedua lobang hidungku. Membuat aku ingin lebih lama lagi memijat dan dekat dengannya.

“Masuk angin kali tan, dahinya aga anget ne!? ” jelasku, berupaya memancing agar niatku tercapai. 

“Iya kali? “ujarnya pula, seakan mengerti akan arti ucapanku. Membuatku makin berani lebih jauh. 

“Mau dikerokin ga!?” tanyaku dengan penuh haraf kepadanya. 

“Memang kamu bisa!?” tante Rafena balik bertanya. Membuat hatiku terasa berdebar tak karuan. 

“Ya bisa… ” jelasku dengan cepat, takut tante Rafena berubah fikiran lagi. 

“Ya udah, tapi dikamar ya…, ga enak disini” pinta tante Rafena. Membuat hatiku berdebar makin cepat. Dengan perlahan kupapah dia melangkah menuju kamarnya. Akupun brusaha untuk menahan dan menenangkan hatiku. Yang mulai dirasuki niat dan fikiran kotorku. Setelah berada didalam kamar, kusarankan agar dia istrahat diranjangnya. Tante Rafena pun meerebahkan tubuhnya seraya bernafas panjang. Seolah olah ada beban berat yg dibawanya. Aku segera berlalu mengambil obat gosok dan coin untuk mengerik tubuh tante Rafena. Setelah kudapati semua yang kubutuhkan, aku kembali menghampiri tante Rafena yg tengah menanti. Dengan memberanikan diri aku memintamya agar dia melepaskan pakaian yg dipakainya. Dia pun perlahan melepaskan pakaian atau baju yg dipakainya. Sehingga tante Rafena kini hanya mengenakan bra yg berwarna pink dan celana pendek saja. Ada getaran hangat menjalari seluruh tubuhku, saat menyaksikan tante Rafena membuka bajunya. Hingga membangunkan kejantanan dan hawa nafsuku. Yang memang telah mengendap dibenakku sejak awal, ketika memperhatikan dia ditaman.Dengan perasaan yg tak menentu dan dibayangi nafsu dibenakku. Akupun mulai mengusap-usap punggung mulus yg memblakangiku, dengan hati hati sekali. 

“Tali branya dibuka aja ya tan??” pintaku penuh harap sambil terus mengusap dan mengerik punggung bagus dihadapanku. 

JAGUARQQ SITUS DOMINO99 POKER ONLINE DAN BANDARQ ONLINE

“Iya… ” jawabnya lirih. Menahan kerikan dipunggungnya, entah sakit atau geli aku tak tau. Yang pasti tanganku segera melepaskan kait tali branya, sehingga membuat branya melorot menutupi sebagian payudaranya yg bulat dan berisi. Seperti payudara milik gadis kebanyakan. Setelah tiada lagi penghalang dipunggungnya, akupun membalurinya dngn minyak gosok. Dan jari jemariku pun menari membentuk garis dipunggung tante Rafena. Sambil sekali kali mataku melirik kearah payudaranya yang berusaha ditutupi dengan bra dan kedua telapak tangannya. Tapi hal tersebut membuatku semakin terangsang didorong rasa penasaran yang teramat. Sementara tante Rafena hanya terdiam seraya memejamkan matanya yang bulat dan indah. 

” Pelan pelan ya Fad!? ” pintanya masih dengan mata yg terpejam. Tiba tiba pintu kamar perlahan terbuka, nampak Jenny tengah brdiri dimuka pintu. 

“Tan aku mo kerumah teman dulu ya!?” ujar Jenny berpamitan seraya matanya melirik kearahku. 

“Iya Jen… ” balas tante Rafena tanpa berpaling kearahnya. Kemudian secara perlahan Jenny menutup pintu kembali dan berlalu pergi.Jari tanganku mulai nakal terhadap tugasnya, jariku terkadang nyelinap dibawah ketiaknya berusaha meraih benda yg bulat dan padat berisi yang ditutupinya. Tapi tangan tante Rafena terkadang berusaha mnghalanginya, dengan merapatkan pangkal lengannya. 

“Jari kamu nakal ya Fad!? ” ucap tante Rafena setengah berbisik seraya melirik ke arahku. Membuatku tersipu malu. 

“Habis ga kuat sich, tan…” jawabku jujur. Tapi tante Rafena malah melepaskan branya sehingga kini payudaranya nampak polos tanpa pelindung lagi. 

Dan langsung menjadi santapan kedua mataku tanpa berkedip. Langsung membuat hatiku berdebar debar menyaksikan pemandangan trsebut. “Sekarang bisa kamu pelototin sepuas-puasnya dech!!” ujar tante Rafena tak lagi menutupi buah dadanya dengan kedua telapak tangannya lagi. Jantungku terasa begitu cepat berdetak dan membuat lemas seluruh persendianku. Kontolku berlahan tapi pasti mulai berdiri tegak mengikuti dorongan hasratku.

“Memang dah selesai ngeriknya Fad!?” tegur tante Rafena mengingatkanku. Membuat aku segera melanjutkan perkerjaanku yang tertunda sesaat. Hampir seluruh bagian belakang tubuh tante Rafena telah kukerik dan berwarna merah bergaris garis. Hanya bagian bokongnya yang luput dari kerikanku karena terhalang dengan celana pendek serta CD yg dikenakannya. Tapi belahan bokongnya telah puas kupelototin.Akhirnya pekerjaanku selesai juga. Kemudian dengan perlahan jari jariku memijati pundaknya. Tante Rafena menundukan kepalanya, sekali sekali terdengar suara dahak dari mulutnya. 

“Sudah Fad!” perintahnya, agar aku menyudahi pijatanku. Dengan prasaan malas akupun menghentikan pijatanku dan segera mmbrsihkan sisa sisa minyak dikedua telapak tanganku. 

” Cuci tanganmu dulu biar bersih sana!!” pinta tante Rafena sekaligus printah. Akupun beranjak pergi kekamar mandi yg memang ada didalam kamar tersebut. Setelah usai mencuci seluruh tanganku hingga benar-benar bersih. Akupun kembali menghampiri tante Rafena yang tengah telentang diatas ranjang masih dengan keadaan separuh bugil. Seperti saat aku tinggalkan kekamar mandi. Hingga payudaranya yang bulat dan berisi nampak membusung besar didadanya, dengan puting yang berwarna coklat susu. 

“Ayo Fad, kamu mau mainin ini kan!?”. Ucap tante

“Aku juga mau kok!?” ucap tante Rafena sambil meremas salah satu payudaranya hingga putingnya menonjol kearahku. Akupun mendekat menghampirinya dengan perasaan nafsu. Membuat kontolku kian berdiri dan mengeras kencang dibalik celanaku.Akupun tak menunggu lebih lama, segera kuremasi payudaranya yang menantang. Tante Rafena bergelinjang saat telapak tanganku mendarat dan meremas kedua payudaranya. 

” Achh.., iya Fad trussss ” rintihnya perlahan. Jari jemariku kian liar meremasi seluruh daging bulat yang padat brisi. Jariku juga memainkan putingnya yang mulai mengeras. 

” Iya,.., ayo diisep Fad.., aaaayooo “pinta tante Rafena dengan nafas tak tratur. Akupun segera menjilati dan mengisapi puting payudaranya. BANDARQ ONLINE

“Aduhhh…, enaaaak, trusss….” desah tante Rafena sraya memegangi kepalaku. Aku smakin bernafsu dengan puting yang kenyal seperti urat dan menggemaskan. Sementara tante Rafena semakin mendesah tak karuan. Tangan kananku meluncur kearah selangkangan dibawah pusar, trus menyusup masuk diantara celana dan CD tante Rafena. Hingga jari jariku terasa menyentuh rumput halus yang cukup lebat didalamnya. Tante Rafena membuka pahanya tak kala jari telunjukku berusaha masuk kedalam lobang yang ada ditengah bulu bulu halus miliknya. 

“Aowww…” jerit kecil tante Rafena saat telunjukku berhasil memasuki lobang memeknya. Dia pun menggeliatkan tubuhnya penuh gairah nafsu. Sementara kontolku semakin mengeras hendak keluar dari bahan yg menutupinya. Cukup lama jari telunjukku keluar masuk didalam memek tante Rafena, hingga lobang itu mulai terasa basah dan lembab. Sampai akhirnya tangan tante Rafena menahan gerakan tanganku dan meminta menyudahinya. 

“Aaaachhh.., udaahhh., Faddh.., aaachh” rintih tante Rafena. Akupun menarik tanganku dari balik celananya dan melepaskan putingnya dari mulutku.

“Buka pakaianmu dong, Fad!!” seru tante Rafena seraya bangkit dan melepaskan celana pendek serta CDnya. Sehingga dia bugil dan nampak rumput hitam ditengah selangkangannya yg baru saja ku obok obok. Akupun melepaskan semua pakaianku dan bugil seperti dirinya.Dengan senyum manis kearahku, tante Rafena mendekat dan berjongkok tepat didepan selangkanganku. 

“Aouw, gede banget..!!” seru tante Rafena seraya telapak tangannya meraih kontolku yang telah berdiri dan keras. Dengan tangan kanan dia memegang erat batang kontolku, sedangkan telapak kirinya mengelus elus kepalanya. Hingga kepala kontolku terasa berdenyut hangat. Kmudian dimasukan kontolku kedalam mulutnya seraya matanya melirik ke arahku. 

“Agghhh… “aku mlengguh tak kala seluruh kontolku tenggelam masuk kedalam mulutnya. Darahku berdesir hangat menjalari seluruh urat ditubuhku. Aku hanya dapat memegangi kpala tante Rafena, meremas serta mengusap usap rambutnya yang ikal sebahu. Sementara tante Rafena semakin liar, sebentar mengulum dan mengemut seakan dia ingin melumat sluruh kontolku. Ternyata dia lebih buas dari tante Rita. Terkadang dia menjilati dari batang hingga lobang kencing dikepalanya. 

” Aaaaaaa… ” erangku menahan rasa nikmat nan teramat. Terasa tubuhku melayang jauh tak menentu.Entah berapa lama tante Rafena mengemut, menjilat dan mengulum kontolku. Yg jelas hal ini membuat tubuhku bergetar dan hampir kejang. 

” Gantian dong tan, aku juga mau jilatin memekmu! ” rengekku, hampir tak mampu menahan nafsuku. Ingin rasanya memuntahkan keluar sebanyak banyak. Agar tante Rafena mandi dengan air maniku. Tante Rafena segera bangkit berdiri meninggalkan kontolku yang masih berdiri tegak. Kemudian aku meminta agar dia duduk dikursi tanpa lengan yg ada. Akupun berjongkok menghadap memeknya yg dihiasi bulu lebatnya. Kedua kaki tante Rafena tertumpu pada kedua bahuku. Maka mulutku mulai menjarah memek yg telah menganga terkuak jari jemariku, hingga nampak jelas lobang memek yg berwarna merah dan lembab. Lidahku pun mulai menjelajahi dan menjilati lorong itu. 

“Aaaaowwh…, aaaa…, iyyyaaa.., trussss, aassstttssh” desah tante Rafena saat lidahku bermain menjilati lobang memeknya. 

“Aduuuhh,…, teruuusss, lebihhh daallaaamm, aaah,… enaaakhh, agh, agh, aghhhh” rintihnya pula sambil meremas dan menjambaki rambut dikepalaku. Lidahku pun semakin liar dan berusaha masuk lebih dalam lagi. 

“Aaaaghh,.., gilaaaa…, enaaaksss,.., ubss,.., aaaaachghhh” suara tante Rafena tak karuan. Lidahku berhenti menjilati dinding lobang memek, kini berpindah pada daging mungil sebesar biji kacang hijau. Ku jilati itil yang berwarna merah dan basah dengan air maninya dan air liurku.

“Aughh…..” suara tante Rafena seperti tersedak sambil merapatkan kedua pahanya, hingga menjepit leherku, ketika ku isap itilnya. 

” Aaaaa.., auwghhh…., yaaaaa ” ucap tante Rafena lirih. 

” Udahhh…, Fad…, udddaah Faadd ” rengek tante Rafena seraya mendorong kepalaku dengan kakinya yang terkulai lemas dibahuku. Akupun melepaskan isapan mulutku pada itil tante Rafena dan bangkit berdiri dihadapannya dengan kontol yang masih tegak dan keras. Kemudian aku meminta tante Rafena agar bangkit dari duduknya. Kini aku yang menggantikan posisinya duduk dikursi. 

Tante Rafena naik keatas pahaku dan tubuhnya menghadap kearahku, hingga tubuh kami saling berhimpitan. Kemudian tante Rafena membimbing kontolku masuk kelobang memeknya dengan jarinya. 

” Aagghhsss.. ” rintih kecil tante Rafena ketika kontolku masuk menusuk memeknya. Tak lama kemudian bokongnya mulai turun naik, mengesek gesek kontolku didalamnya. Akupun mengimbanginya dengan memegangi pinggulnya membantu bokongnya turun naik. 

” Aachhh.., yaaaa, oohhh, enaaak Fadd “. 

” Auwwghhh…., aaaaaa…, oohhhh, yaaa ” racau tante Rafena tak karuan jika tubuhnya turun menenggelamkan kontolku dimemeknya.

” Aauwww, aku ga tahan ne Fadd,…, aaaauwww, yessss ” rintih tante Rafena seraya menggerakan bokongnya dengan cepat. Akupun membalas reaksinya, dengan melumat lagi payudaranya.

”Aaaaaawhhh……..”erang tante Rafena sambil menekan bokongnya lebih rapat dengan selangkanganku. Akupun mengejang menahan tekanan bokong tante Rafena. 

“Aaaachhhh…….” akhirnya aku tak mampu lagi membendung cairan kental dari dalam kontolku. Kami pun saling brpelukan dengan erat beberapa saat dengan bercampur peluh masing masing.

Setelah cukup lama kami berpelukan, kami pun bangkit dengan malas, enggan beranjak dari suasana yg ada. Setelah itu kamipun mandi membrsihkan tubuh kami masing masing yg basah dengn peluh syurga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar